Oleh
:Estrina Maya, M. Psi, Psikolog
Pecinta Psikologi Positif dan agen
kesehatan mental
sumber : investment4all.co.uk
|
Tabungan, hampir
semua manusia ingin memiliki tabungan yang banyak nominal saldonya. Tabungan yang bisa
memberikan jaminan ketenangan, yang bisa diandalkan, dan diambil sewaktu
dibutuhkan. Tabungan
juga menjadi salah satu alasan manusia untuk tersenyum bahagia. Tabungan untuk anak bahkan
sudah dibuatkan para orangtua sejak anaknya masih balita untuk membantu
memenuhi kebutuhan masa depannya. Anak-anak juga menabung
imun di dalam dirinya dalam bentuk imunisasi yang berguna untuk memperkebal
daya tahan anak. Jadi
pada dasarnya, sebagian besar makhluk membutuhkan tabungan.
Jika kita
menyiapkan tabungan untuk mensejahterakan fisik dengan sebegitu rupa, lantas
bagaimana dengan jaminan kesejahteraan jiwa kita? Pengalaman
positif tidak menjadi faktor tunggal yang mengisi hidup kita. Jiwa juga membutuhkan
jaminan kesejahteraan. Artinya
kita harus menyiapkan “tabungan” jiwa yang bisa sewaktu-waktu diambil saat genting. Ketika ada runtutan
pengalaman negatif yang menghampiri, kita bisa membuka tabungan pengalaman
positif agar bisa memperkuat kondisi
kita. Rekening
tabungan tersebut terdapat di Bank
Kebahagiaan.
Kebahagiaan
tidak terbatas pada ruang, waktu, ataupun
kejadian spesifik yang kita alami. Bahagia adalah suatu kondisi jiwa serta
emosi yang bisa kita rasakan dimanapun1. Kebahagiaan juga tidak hanya
terkait dengan materi, kesuksesan ataupun jabatan. Kebahagiaan berbicara
mengenai bagaimana bagian dari kepribadian kita juga memiliki peran signifikan untuk
menciptakan kebahagiaan, seperti optimis, tanggungjawab, dan berpikir positif. Salah satu faktor
terkuat penentu kebahagian yaitu kontrol dari pikiran3 serta rasa
syukur. Kontrol
pikiran terkait bagaimana kita memaknai
dan mencari alternatif berpikir positif
untuk setiap peristiwa yang kita alami. Sementara itu, syukur menjadi
salah satu hasil dari berpikir positif untuk menjaga kebahagiaan4. Jadi, sebenarnya kita
adalah produsen dari kebahagiaan.
Hasil riset yang
dilakukan terhadap remaja dan orang dewasa di Amerika menunjukkan lebih dari 90% responden yang mengekspresikan rasa
syukurnya mampu untuk merasa lebih bahagia5. Bersyukur merupakan pilihan, pilihan untuk mau menyadari nilai lebih yang
terkandung dalam suatu peristiwa6 dan tidak membandingkan dengan apa
yang dimiliki orang lain. Rasa syukur terbukti berkorelasi dengan tingginya
aktivitas hipotalamus di otak yang memiliki kontrol besar untuk meningkatkan imun di tubuh dan
menurunkan level stres7. Perasaan syukur juga membuat detak jantung lebih tenang
sehingga aktivitas cardiovaskular menjadi lebih teratur8.
Sehat sekali ya bahagia itu ternyata. Jadi nunggu apalagi? Ayoo segara kita buka rekening tabungan kebahagiaan kita.
Rajin menabung kebahagiaan pangkal kaya hati dan kesehatan. Kita bisa jadi duta penyebar virus
kebahagiaan juga. Let’s play some challenges ;). Dimulai dari kita sendiri,
lalu ajak satu atau dua teman untuk mengisi tabungan kebahagiaan. Tambahlah
saldo di rekening kebahagiaan dengan cara menuliskan minimal 3 pengalaman
positif yang membuat kita bersyukur setiap harinya. Misal, 1. Aku senang karena bangun pagi sehingga bisa masuk kerja tepat waktu, 2. Aku seneng banget karena bisa nemuin menu
baru untuk sarapan. Kemudian tentukan batas waktunya sebagai
waktu uji coba, boleh seminggu atau sesuai kesepakatan. Akhiri dengan doa syukur dan jangan lupa berterimakasih
terhadap hati dan pikiran kita yang mampu menangkap momen syukur tersebut.
Latihan ini mampu menjadikan individu lebih peka pada perasaan dan perilaku positif yang ada di
sekitar. Dengan kepekaan, individu lebih mampu merasakan dan memaknai anugerah
dari hal-hal sederhana yang biasa terlewatkan setiap harinya9. Latihan ini juga sangat bisa dipraktekkan
oleh pasangan. Hal ini dikarenakan momen saat pasangan bersyukur itu mampu menjadi
penggerak atau booster shot untuk
keberlangsungan suatu hubungan dan menstimulasi munculnya perilaku romantis10. Pasangan yang mensyukuri pernikahannya
cenderung lebih banyak mengapresiasi dibandingkan menuntut dan
membanding-bandingkan pasangannya.
Selain
pengalaman, orang lain adalah guru terbaik. Tanyalah kepada orang yang kita
anggap lebih bahagia dibanding yang lainnya, apa yang membuatnya bahagia? Tips bahagia sederhana lainnya
adalah senyum, tersenyumlah. Tersenyumlah di depan kaca,
tersenyumlah saat
bertemu orang atau kapanpun saat kita ingin tersenyum. That’s all. Selamat membangun
sistem syukur di
jiwa dan selamat menemui
kebahagiaan. ;)
Muara Beliti, 15 Maret 2015
- Seligman, MEP. 2004. Positive interventions: more evidence of effectiveness. Authentic Happiness Newsletter, September 2004. www.authentichappiness.org/news/news10.html.
- Gentry, W. Doyle.2008. Happiness for Dummies.Indianapolis. Wiley Publishing, Inc.
- Tkach, Chris & Lyubomirsky, Sonja. 2006. How do people pursue happiness?: relating Personality, happiness-increasing strategies, And well-being. Journal of Happiness Studies.7:183–225)
- Emmons, R.A., & McCullough, M.E. 2003. Counting blessing versus burdens : an experimental intestigation of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of personality and Social Psychology, 84 (2). 377-389.
- Emmons, idem
- McCullough, M.E., Emmons, R.A. & Tsang, J-A.(2002). The grateful disposition: A conceptual and empirical topography. Journal of Personality and Social Psychology, 82(1), 112–127.
- Zahn R, Garrido G, Moll J, & Grafman J (2013). Individual differences in posterior cortical volume correlate with proneness to pride and gratitude. Social Cognitive and Affective Neuroscience PMID: 24106333
- Emmons, R. A., 2007. Thanks! How the New Science of Gratitude can make you Happier. Houghton Mifflin Company. Boston. New York
- Walsh, Roger. 1995. Essential Spirituality ; Exercise from the world’s religions to cultivate kindness, love, joy, peace, vision, wisdom and generosity. Canada : JW Willey
- Algoe, S. B., Gable, S. L &Maisel, N. C (2010). It's the little things : Everyday gratitude as a booster shot for romantic relationship. personal Relationship 17, Journal Of The Association For Relationship Research. IARR. 217-233