Oleh: Novita, M.Psi., Psi.
(Psikolog klinis, pemerhati
pengasuhan anak)
![]() | ||
sumber: vemale.com |
Orang tua memiliki
tanggung jawab yang besar terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan pemenuhan hak-hak
anak. Didasarkan insting dan rasa kasih sayang, secara alamiah orang tua
berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Orang tua berusaha memberikan
yang terbaik untuk setiap aspek kehidupan anak seperti sandang, pangan, papan,
kesehatan, pendidikan, keamanan, dan
lain-lain.
Pemenuhan hak dan kebutuhan anak merupakan prasyarat penting agar anak dapat mencapai
kesejahteraan (children well-being).
Anak dikatakan sejahtera jika pada saat ini memiliki kehidupan yang bahagia dan
berkualitas, serta memiliki optimisme terhadap masa depannya1.
Interaksi anak
dengan lingkungan tidak terbatas hanya dengan orang tua atau keluarga. Seiring
dengan perkembangannya, anak juga berinteraksi dengan pengasuh, day care, dan sekolah. Interaksi anak dengan orang atau lingkungan terdekat ini
disebut dengan mikrosistem. Interaksi
anak dengan individu atau kelompok dalam mikrosistem ini sangat berpengaruh
pada anak. Kerjasama antara individu dan kelompok dalam mikrosistem dinamakan mesosistem. Meninjau cakupan yang lebih
luas, kesejahteraan anak juga dipengaruhi oleh eksosistem. Eksosistem adalah individu atau kelompok yang meski
tidak berinteraksi langsung dengan anak
tetapi memiliki pengaruh terhadap anak. Contohnya adalah
tempat kerja orang tua, keluarga besar, lingkungan tempat tinggal, dan seterusnya. Cakupan yang
paling luas tetapi memiliki pengaruh besar pada anak adalah makrosistem. Budaya, kondisi ekonomi
negara, perang, dan pemerintah pusat yang berperan dalam menentukan kebijakan
nasional merupakan bagian dari makrosistem2.
Setiap bagian dalam
setiap level ekologi tersebut memiliki pengaruh yang penting pada anak. Kesejahteraan
seorang anak tidak bergantung pada peran orang tua saja. Saat anak memasuki
usia sekolah, orang tua akan berbagi peran dengan guru dan sekolah untuk
mengasuh anak. Orang tua dan setiap bagian dalam mesosistem harus bahu membahu
dengan baik. Nilai-nilai positif yang diajarkan oleh keluarga besar, tempat
kerja yang mendukung kesejahteraan pekerjanya, dan lingkungan tempat tinggal
yang sehat merupakan kondisi ideal yang diharapkan. Pemerintah juga memegang
peranan yang sangat penting. Secara tidak langsung, kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dapat mempengaruhi setiap aspek kehidupan anak. Pemerintahan yang
sehat dan dapat diandalkan sangat penting bagi terjaminnya kesejahteraan anak.
Benar kiranya
peribahasa yang menyatakan “it takes a
village to raise a kid”. Terlepas dari berbagai penafsiran terhadap arti
dari peribahasa ini3, dalam konteks pengaruh lingkungan terhadap
kesejahteraan anak, maka benar bahwa kita membutuhkan bantuan orang sekampung untuk
membesarkan seorang anak. Bahkan untuk memastikan kesejahteraan anak
benar-benar terlindungi dan dapat ditingkatkan, kita tidak hanya butuh orang
sekampung, akan tetapi kita membutuhkan
orang senegara untuk membesarkan seorang anak. Berdasarkan pemahaman akan
besarnya peran negara terhadap kesejateraan anak, negara-negara maju sudah
memberikan perhatian serius terhadap isu ini. Beberapa negara di Eropa bahkan sudah
memiliki undang-undang untuk menjamin peningkatan kesejahteraan anak1.
Sudahkah negara
kita menjamin kesejahteraan anak Indonesia? Fenomena-fenomena yang terjadi di
Indonesia justru menunjukkan bertolakbelakangnya antara usaha yang dilakukan
orang tua dan kondisi sistem yang lain. Saat di rumah, orang tua berusaha
mengajarkan anak agar memiliki moral dan perilaku yang baik. Tetapi usaha
tersebut berbenturan dengan kondisi lingkungan. Belum lekang dari ingatan kita
kasus anak V (5 tahun) yang meloncat dari lantai 19 apartemennya karena marah
dengan ibunya4. V melakukan aksi bunuh diri tersebut akibat modelling aksi pahlawan dari media yang
pernah ditontonnya. Atau kasus anak MS (7 tahun) yang meninggal karena dikeroyok teman
sekolahnya5. Peristiwa tersebut merupakan dampak dari modelling anak terhadap perilaku di lingkungan
atau tayangan-tayangan di media.
Saat di rumah,
orang tua berusaha melindungi anak dari potensi bahaya dan kejahatan yang dapat
mengancam anaknya. Betapa mirisnya hati kita saat kita mengetahui adanya kasus
kekerasan seksual terhadap anak di JIS6. Bahkan kasus kekerasan seksual
pada anak yang tidak putus membuat kita tercengang terungkap tidak lama setelah
kasus di JIS mencuat. Peristiwa ini merupakan pukulan yang menyakitkan sebagai
dampak dari kelalaian terhadap pengaturan media, pornografi, dan pengawasan
terhadap instansi pendidikan.
Saat di rumah,
orang tua berusaha mengajarkan bahwa kerja keras dalam suatu proses lebih
penting dari pada hasil yang didapat. Tetapi fakta yang harus dihadapi oleh
anak, orang tua, dan sekolah adalah peliknya efek domino yang ditimbulkan oleh
Ujian Nasional 7,8.
Peristiwa-peristiwa
tersebut hanya merupakan contoh dari fenomena gunung es yang ada. Fenomena yang
sebenarnya dapat diantisipasi supaya tidak terjadi jika negara memiliki
kebijakan strategis demi kesejahteraan anak dan kekuatan untuk
mengimplementasikannya. It will be a long
list, jika kita mau mendaftar tindakan-tindakan yang bisa dilakukan oleh
negara. Akan tetapi permasalahan kesejahteraan anak belum menjadi perhatian utama
dari pemerintahan saat ini maupun pemerintahan baru yang sebentar lagi akan
dibentuk9, 10.
Saat ini kita hanya
baru bisa berangan-angan memiliki sistem dan kebijakan seperti di negara-negara
maju. Seperti sistem pendidikan yang mengoptimalkan potensi dan membentuk
karakter positif anak 11, 12. Orang tua juga pasti mengidamkan cara
pemerintah Jepang “menginvestasikan” kesehatan anak dengan sistem kesehatan
yang mereka miliki 13. Kita juga baru
saja menyadari pentingnya memberikan pendidikan seksual sesuai usia dan
perkembangan anak. Salah satu aspek pendidikan yang kita lupakan, padahal
pendidikan seksual sama pentingnya dengan pendidikan keilmuan dan pendidikan
karakter.
Besar harapan agar
kesejahteraan anak Indonesia semakin mendapat lebih banyak sorotan, sehingga
isu-isu yang terkait dapat terselesaikan. Anak-anak adalah aset bangsa.
Kejayaan bangsa Indonesia berada di tangan mereka di masa yang akan datang. “Investasi”
terhadap moral, kesehatan, pendidikan, dan keamanan merupakan warisan berharga
yang dapat kita berikan.
Tanggung jawab
utama dalam membesarkan dan mengasuh anak memang berada di tangan orang tua.
Akan tetapi kita tidak dapat menafikkan peran sistem yang lain, termasuk peran
negara, dalam meningkatkan kesejahteraan anak. Orang tua membutuhkan support berupa edukasi, sistem, dan
kebijakan yang mendukung untuk menjalankan tanggung jawabnya. Ibarat puzzle,
peran negara merupakan kepingan yang akan menyempurnakan gambaran kesejahteraan
anak Indonesia menjadi satu bagian utuh. That’s
why it takes a nation to raise a kid for the
better future of our children.
NB: Penulis sangat menyarankan kepada
pembaca untuk membaca referensi-referensi dalam tautan-tautan berikut.
Referensi
1 Rees, G., Goswami, H.,
Pople, L., Bradshaw, J., Keung, A., & Main, G. (2013). The Good Childhood Report
2013. The Children’s Society.
2 Oswalt, A. (2008). Urie Brofenbrenner and Child Development. Diunduh
dari www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=7930
3 Wikipedia. (2014). It
Takes a Village. Diunduh dari www.en.m.wikipedia.org/wiki/It_Takes_a_Village
4 M. P., I. (2014). Anak
Bunuh Diri di Penjaringan Suka Tiru Spiderman. Diunduh dari www.m.tempo.co/read/news/2014/05/02/064574904/Anak-Bunuh-Diri-di-Penjaringan-Suka-Tiru-Spiderman
5 Sinaga, S. (2014).
Bocah SD di Makassar Tewas Diduga Dikeroyok Teman Sekolah. Diunduh dari www.m.liputan6.com/news/read/2030720/bocah-sd-di-makassar-tewas-diduga-dikeroyok-teman-sekolah
6 Fitria, A. G. (2014).
Kekerasan Seksual, Guru JIS Terindikasi Terlibat. Diunduh dari www.m.tempo.co/read/news/2014/04/28/064573929/Kekerasan-Seksual-Guru-JIS-Terindikasi-Terlibat
7 Munir, S. (2014).
Sekolah Dilaporkan Jual Belikan Surat Hasil Ujian untuk Beli “Sound System”.
Diunduh dari www.regional.kompas.com/read/2014/05/26/1155092/Sekolah.Dilaporkan.Jual.Belikan.Surat.Hasil.Ujian.untuk.Beli.Sound.System.
8 Munir, S. (2014).
Target Lulus 100 Persen, Sekolah Ini Gelar Les Malam. Diunduh dari www.regional.kompas.com/read/2014/05/21/0932450/Target.Lulus.100.Persen.Sekolah.Ini.Gelar.Les.Malam.
9 Subianto, S. & Rajasa, M. H. (2014). Visi, Misi dan Program Bakal
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden. Diunduh dari www.kpu.go.id
10 Widodo, J. & Kalla, J. (2014). Jalan Perubahan untuk Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian: Visi Misi, dan Program Aksi.
Diunduh dari www.kpu.go.id
11 Nenglita. (2014). Asyiknya Sistem Pendidikan Finlandia. Diunduh dari www.mommiesdaily.com/2014/06/25/asyiknya-sistem-pendidikan-finlandia
12 Faridz, N. (2014). Bukan Hanya Menjadi Murid, Tetapi Juga Guru.
Diunduh dari www.theurbanmama.com/articles/bukan-hanya-menjadi-murid-tetapi-juga-guru.html
13 Vibe. (2013). Fakta Unik Hamil di Negeri Sakura. Diunduh dari www.theurbanmama.com/articles/fakta-unik-hamil-di-negeri-sakura.html